A. Potensi Seni Budaya

Kalurahan Trimulyo memiliki cukup banyak potensi seni budaya. Potensi ini dapat dipetakan sebagai berikut, di sebelah timur sungai opak, seni budaya yang ada mayoritas jenis religi. Sedangkan di sebelah barat sungai opak adalah seni budaya umum. Potensi seni budaya yang ada di Kalurahan Trimulyo dapat dirangkum dalam daftar berikut :

NoNama GrupJenisAlamat/lokasiPengurus Status Kegiatan
1Pandu HW WerdaDrum BandBlawong II RT 3H SudiparnoAktif
2JagadtawaSeni peranBlawon I RT 2TrisnawanAktif
3Sabilal MuhtadinHadrohKarangwuni RT 7Fathur RohmanAktif
4Putil GandokBandBlawong I RT 6SarjiminAKtif
5Hadroh SokopuroHadrohBlawong I RT 2Naufal Husni AhlamAktif
6Hadroh Ursorutul JannahHadrohBlawong I RT 2Eny SetyowatiAktif
7Hadroh IstiqomahHadrohBlawong II RT 11NurgiyantiAktif
8Izzatul IslamHadrohBlawong II RT 1Fitra NursajiyantoAktif
9Birama Keroncong MudaKeroncongBlawong II RT 1Widhi NugrohoAktif
10Birama Band PlusBandBlawong II RT 1Widhi NUgrohoAktif
11Soutul HadidHadrohBem bem RT 8Muhamad Nur KholisAktif
12Toriqul HudaHadrohSindet RT 3Aan KAktif
13Al KhusnaKhasidahBem bem RT 5Hasan FelaniAktif
14Ngudi BasukiSholawat JawiSindetDwi RustantoAktif
15Al BarokahHadrohKembangsongo RT 9SumadiyonoAktif
16Muallafah Kembang9HadrohKembangsongo RT 3Dewi Tri MurwaniAktif
17Santri SongoHadrohKembangsongo RT 7Rusli HidayatAktif
18Sekar IramaKeroncongKembangsongo RT 9Heri PurnomoAktif
19Mudo PalupiSholawat JawaKembangsongo RT 4ZamzaniAktif
20Batana KawarsaKeprajuritanBotorawi RT 1SuyatnoAktif
21Singo Aji MataramReogBotorawi RT 1 Aktif
22Marsudi BudoyoReligius TradisionalBulu RT 8Mujono BAAktif
23WalisongoHadroh ModernKarangsemut RT 1Dani Ma'rufAktif
24Turonggo Mudo KinasihJathilanKarangsemut RT 1Tri SaptonoAktif
25Bergada Kridha TamtamaBergadaPuton RT 7Eko SlametAktif
26Bregada Watu NgelakBregadaPuton RT 07Yusuf Rejo MulyonoAktif
27Karawitan Harjo LarasKarawitanPuton RT 03SuharjoAktif
28Mudo PalupiSholawatanPuton RT 03SubardanAktif
29Sekar Wirama RiniKarawitanPuton RT 07RusminiAktif
30Gita AngklungSenin AngklungKowang RT 07HaryanahAktif
31Pertiwi BudoyoSeni KethoprakPuton RT 07Nanik Puji AstutiAktif
32SumringahGejog LesungPuton RT 07Nanik Puji AstutiAktif
33Sekar RinonceGejog LesungPuton RT 01MarjiyatiAktif
34Caraka Adi BudayaSeni KarawitanPuton RT 07Atmo KardjonoAktif
35Harjo LarasSeni KethoprakPuton RT 03WiyadiAktif
36Mudo Karso BudoyoSeni KethoprakDenokan RT 01Rahmatdani Dafa BudoyoAktif
37JumrohHadrohDenokan RT 01Rifqi Huda MuzakiAktif
38Legenda BandBandPonggok I RT 01RatijoAktif
39Angklung Cakra NadaMusik AngklungPonggok I RT 01Arli Pramuda AslamiAktif
40Musik ReligiMusik ReligiPonggok RT 01JawahirAktif
41Qothrun NadaHadrohPonggok II RT 01Muhamad MustanginAktif
42Lintang RinonceKarawitanPonggok II RT 10RozaniAktif

B. Potensi Wisata

1. Watu Ngelak

Tempati ini berlokasi di Desa Wisata Puton, Puton, Trimulyo, Kec. Jetis, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55781. Watu Ngelak merupakan salah satu situs bersejarah berupa sebuah batu besar yang membentang di pinggiran Sungai Opak. Sungai Opak atau Kali Opak sendiri adalah nama sungai yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Yogyakarta. Hal ini karena panjangnya aliran Sungai Opak atau Kali Opak mengalir dari Merapi hingga Pantai Samas sejauh 65 kilometer melintasi 11 kapanewon di Sleman dan Bantul. Watu Ngelak yang berada di Desa Wisata Puton ini memiliki sejarah dan  asal-usulnya sendiri yang sudah dipercaya oleh warga secara turun-menurun. Asal-usul Watu Ngelak bermula ketika Sultan Agung Hanyokrokusumo atau yang merupakan raja Kesultanan Mataram pertama itu sedang melakukan perjalanan menuju Laut Kidul atau Laut Selatan. Beliau menyusuri Sungai Opak menuju laut Selatan untuk bersemedi dan ketika sampai pada sebuah bukit batu yang saat itu belum memiliki nama, Sultan Agung merasa haus hingga seorang anak yang sedang mencari ikan kemudian memberikan minum kepada Sultan Agung berupa air kelapa muda. Atas peristiwa tersebut Sultan Agung akhirnya memberi nama bukit batu itu dengan nama Watu Ngelak yang artinya batu yang disinggahinya ketika haus. Dusun yang berada di sekitar Watu Ngelak yaitu Dusun Puton juga merupakan nama yang diberikan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo. Kata puton berasal bahasa Jawa yaitu putu yang memiliki arti cucu dan Sultan Agung memberi nama ini karena anak kecil yang memberikannya air kelapa sebelumnya merupakan cucu dari seorang janda di Desa Dadapan, sebuah desa yang berada di selatan Dusun Puton. Dusun Puton sendiri memiliki potensi wisata yang sudah diakui oleh Kumpulan Sadar Wisata atau Pokdarwis dan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Bantul.

 

C. Kerajinan

1. Batik Nitik

Batik nitik merupakan batik dengan motif yang tersusun dari ribuan titik-titik. Rupanya batik nitik merupakan adaptasi dari anyaman kain tenun patola India (kain cinde). Kata nitik berasal dari bahasa jawa yang berarti memberi titik. Arti tersebut juga sesuai dengan istilah batik yang berdasarkan para ahli merupakan kependekan dari ngembat titik atau memberi titik. Secara harfiah, membatik diartikan sebagai menggoreskan lilin panas ke atas kain menggunakan canting tulis maupun cap untuk membuat motif yang memiliki makna.

Dikutip dari berbagai sumber, awal mula batik nitik muncul akibat dari penjualan kain tenun patola India yang dimonopoli oleh Belanda pada tahun 1600-an. Akibatnya harga jual dari kain tersebut menjadi lebih mahal. Kenaikan harga kain yang berlipat-lipat ganda mengakibatkan penjualan kain patola menurun di tahun 1700-an. Kemudian perempuan-perempuan di Yogyakarta menginisasi untuk membuat kain batik dengan motif patola sebagai ganti dari kain patola. Dari situlah batik nitik lahir. Masyarakat pada saat itu pun lebih memilih untuk membeli kain batik ketimbang kain impor karena harganya yang jauh lebih murah. Kondisi tersebut membuat batik tulis nitik sukses berkembang di kalangan pribumi kala itu, dari Jawa hingga Sumatera.

Saat ini , batik nitik masih terus eksis di Daerah Istimewa Yogyakarta khususnya di Kalurahan Trimulyo Kapanewon Jetis Kabupaten Bantul, yang produsennya tersebar di beberapa dusun di kalurahan Trimulyo seperti di Dusun Kembangsongo, Dusun Blawong, Dusun Bembem, dll.

Produsen batik nitik di Dusun Kembangsongo adalah produsen tertua di kalurahan trimulyo yang mampu terus bertahan hingga terjadi gempa bumi pada tahun 2006 di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, pasca terjadinya gempa tersebut mulailah muncul kelompok kelompok produsen batik di berbagai dusun di wilayah kalurahan Trimulyo.

Batik nitik memiliki 79 motif, dengan 5 motif yang merupakan motif dasar batik nitik. Beberapa motif klasik batik nitik yang menjadi ciri khas dari Dusun Kembangsongo adalah motif kembang waru, motif nogo sari, motif srengenge, dan motif kembang dangah.

Sejak tanggal 3 Maret 2020, Batik Tulis Nitik telah ditetapkan sebagai kekayaan intelektual komunal bersertifikat indikasi geografis oleh Gubernur DIY. Batik nitik merupakan satu-satunya batik yang telah memperoleh Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) sebagai indikasi geografis Yogyakarta lantaran keunikannya. Gubernur DIY juga menyatakan bahwa Batik Nitik adalah batik khas Yogyakarta yang termasuk tertua di lingkungan Kraton dan dan berkembang secara luas di masyarakat Yogyakarta.

Bupati Bantul H. Abdul Halim Muslih menuturkan Batik nitik merupakan salah satu motif kekayaan batik yang mendukung kegiatan ekonomi kreatif masyarakat Kabupaten Bantul. Di Kabupaten Bantul, Batik Nitik berpusat di Kawasan Trimulyo, Kapanewon Jetis, Bantul bernama Paguyuban Sekar Nitik Kembangsongo. Batik nitik juga menjadi salah satu ruang bagi para ibu-ibu untuk meningkatkan perekonomian keluarganya. Batik Nitik yang diproses secara tradisional masih padat karya sehingga memberi peluang pekerjaan bagi masyarakat. Ditangan kreatif para pengrajin batik inilah batik nitik mampu menembus pasar Internasional.

 

Sumber : Kalurahan Trimulyo, trimulyo.bantulkab.go.id, bantulkab.go.id,